anak aktif, siap belajar, rangsangan, kriteria masa peka
Secara umum usia lima tahun pertama merupakan masa emas untuk perkembangan anak, karena pada usia ini anak mengalami masa peka dan kritis. Masa peka (sensitive periode), merupakan periode di mana anak telah mencapai kesiapan untuk belajar. Betapapun banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar sampai perkembangan mereka siapa untuk melakukannya. Hal ini berarti bahwa belajar sesuatu akan lebih dapat dilaksanakan bila kematangan anak telah tiba.
Bila anak belum mencapai masa peka, upaya mengajar mereka hanya membuang-buang waktu dan tidak ada gunanya, bahkan akan menimbulkan perilaku yang justru tidak diinginkan, misalnya menimbulkan kejenuhan atau keengganan untuk belajar.
Sebaliknya, jika anak telah siap untuk belajar tapi tidak mendapat kesempatan atau dorongan untuk melakukannya, maka minat mereka akan hilang.
Bila anak belum mencapai masa peka, upaya mengajar mereka hanya membuang-buang waktu dan tidak ada gunanya, bahkan akan menimbulkan perilaku yang justru tidak diinginkan, misalnya menimbulkan kejenuhan atau keengganan untuk belajar.
Sebaliknya, jika anak telah siap untuk belajar tapi tidak mendapat kesempatan atau dorongan untuk melakukannya, maka minat mereka akan hilang.
Menurut Hurlock (1991), ada tiga kriteria prakis dan mudah diterapkan untuk mengetahui keadaan anak yang telah mencapai masa peka (siap ajar), yaitu :
- Minat belajar. Anak dikatan siap belajar ketika ia mulai menunjukkan minat belajar dengan keinginan untuk diajar atau belajar sendiri. Minat mulai timbul dari keinginan anak untuk meniru saudara kandung atau temannya yang lebih besar.
- Minat yang bertahan. Ketika anak telah siap belajar, minat mereka tetap walaupun mereka menghadapi hambatan dan kesulitan.
- Kemajuan. Dengan berlatih anak yang telah siap belajar akan menunjukkan kemajuan walaupun sedikit dan berangsur-angsur.
Masa peka berbeda pada setiap aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya. Masa peka untuk belajar bahasa, misalnya pada usia 2,5 – 4 tahun, kemampuan mengenal angka pada usia 2 – 3,5 tahun, kemampuan menulis pada usia 4 – 5,5 tahun, dan berbagai masa peka aspek perkembangan lainnya.
Dengan demikian bahwa usia bukanlah patokan utama bagi kita untuk melihat anak sudah peka atau belum untuk siap belajar. Hanya kita sebagai orang yang terdekat dengan anaklah yang bisa menilai dan mengetahui kapan anak dikatakan sudah siap ajar. Tentu saja setiap anak pun akan berbeda periodenya karena banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan sering kita memberikan rangsangan maka tidak menutup kemungkinan anak akan lebih peka (siap ajar) pada usia yang lebih dini, akan tetapi tidak lantas kita memaksakan anak untuk belajar ini dan itu. Bagaimana rangsangan atau stimulus yang bagus untuk anak ? hal ini insya Allah akan kita bahas pada artikel selanjutnya .

COMMENTS